Rabu, 08 Februari 2012

karya puisi saat lomba


ALAM TANPA NAMA




Setiap detik yang berlalu terbuang dengan kehancuran
Beri aku setitik embun itu lengkap dengan kesejukannya
Karna aku akan mengukir setiap
Detak kehidupan ini
Ingatkan aku pada kemarahanmu
Sebab aku lupa telah melalaikan keindahan khatulistiwa

Sebuah nama tak akan mampu melukiskan
Keangkuhan manusia
Mereka hampa
Mereka dingin
Mereka murka
Haus akan kekayaanmu

Buat aku tergugah dengan caramu marah
Menyapu semua yang ada di depan
Nafasmu tak lagi setenang dulu
Meluapkan kekuatanmu dengan menghukum mereka
Jika sempat aku meminta maaf
Tak akan ku biarkan
Jambrud khatulistiwaku hilang
Hilang...
Tanpa nama




PAGI YANG MENAJUBKAN

Aku membuka mata
Dalam keheningan bumi
Menyuarakan keteduhan yang tak terlampaui batas
Membangun nikmat hidup yang di anugrahkan Tuhan
Pada dunia

Secerca hawa megalun mengimbangi nafasku
Merasakan angin memainkan setiap helai rambut
Desahan ranting menyambut pagiku
Embunpun melompat lompat melukiskan kegembiraanya
Aku mengawalinya dengan keindahan

Rasioku masih berfikir
Bebas dan lepas
Terbang bersama bentangan alam raya
Berlari diantara sabana sabana hijau
Mengarungi sungai dengan jiwa yang suci
Jemariku masih saja mengomentari
Ilalang yang bernyanyi
Mensyukuri karuniaNya yang sempurna
Sebagai hikmah untuk
Keindahan dunia




TANGISAN HUTAN

Terdengar
Semangat hutan yang merekat rekat
Memanggil manggil memaparkan duka
Tangisan hutan selalu teringat
Memecah pagi hingga senja

Ya Tuhan
Semak belukarpun enggan dapat hidup bersamanya
Pohonpun terkulai lemah membayangkan dirinya
Tanahpun tak kuasa menahan amukan badai dan hujan

Oh Tuhan
Apakah balok balok kayu itu
Memang berharga untuk keserakahan ?
Pedulikah mereka akan keindahan yang mengakar ?
Dalam cerminan hati yang keruh
Tiada yang patut untuk di beri pesan

Tangisannya tak tersentuh hati
Meraung di antara luasnya jagad raya
Hingga mata terlelap
Hanya doalah yang dapat di panjatkan




AKULAH DAHAN

Akulah dahan yang setia
Menanti bergantinya musim
Akulah dahan yang di tiup angin
Hingga terdengar gesekan ditiap rantingku
Akulah dahan yang membawa keteduhan
Saat butiran butiran air terjatuh
Akulah dahan yang melindungi
Ketika terik tak mau lagi bersahabat

Tidak ada alasan yang membuatku
Untuk menjadi tak berguna
Meski waktu selalu berganti musim
Mengubah perasaan akan jiwa jiwa yang baru
Namun
Akulah dahan
Yang terbuka untuk memahami
Suara suara yang menceritakan
Tentang apa yang dipungutnya di jalan








DESAKU YNG TERBENAM

Sekian kalinya kau datang
Tanpa menengok waktu
Kau hantarkan semuanya
Mengalir mencari yang lebih rendah
Seakan berdesakan saling mendahului
Buihmu berpusar
Melinkar lingkar
Hanyutkan yang bisa kau hanyutkan
Kau libas padiku
Kau lubangi jalanku

Desaku yang ku cinta
Terbenam akan kemarahanmu
Mengubah waktu yang telah tercipta

Jangan
Jangan lagi
Sekarang desaku menangis
Kau datang membenamkan semua

Hanyut
Hanyut dengan berlinag air mata
Desaku
Yang terbenam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar