ALAM
TANPA NAMA
Setiap detik yang berlalu terbuang dengan kehancuran
Beri aku setitik embun itu lengkap dengan kesejukannya
Karna aku akan mengukir setiap
Detak kehidupan ini
Ingatkan aku pada kemarahanmu
Sebab aku lupa telah melalaikan keindahan khatulistiwa
Sebuah nama tak akan mampu melukiskan
Keangkuhan manusia
Mereka hampa
Mereka dingin
Mereka murka
Haus akan kekayaanmu
Buat aku tergugah dengan caramu marah
Menyapu semua yang ada di depan
Nafasmu tak lagi setenang dulu
Meluapkan kekuatanmu dengan menghukum mereka
Jika sempat aku meminta maaf
Tak akan ku biarkan
Jambrud khatulistiwaku hilang
Hilang...
Tanpa nama
PAGI YANG MENAJUBKAN
Aku membuka mata
Dalam keheningan bumi
Menyuarakan keteduhan yang tak
terlampaui batas
Membangun nikmat hidup yang di
anugrahkan Tuhan
Pada dunia
Secerca hawa megalun mengimbangi
nafasku
Merasakan angin memainkan setiap
helai rambut
Desahan ranting menyambut pagiku
Embunpun melompat lompat
melukiskan kegembiraanya
Aku mengawalinya dengan
keindahan
Rasioku masih berfikir
Bebas dan lepas
Terbang bersama bentangan alam
raya
Berlari diantara sabana sabana
hijau
Mengarungi sungai dengan jiwa
yang suci
Jemariku masih saja mengomentari
Ilalang yang bernyanyi
Mensyukuri karuniaNya yang
sempurna
Sebagai hikmah untuk
Keindahan dunia
TANGISAN HUTAN
Terdengar
Semangat hutan yang merekat
rekat
Memanggil manggil memaparkan
duka
Tangisan hutan selalu teringat
Memecah pagi hingga senja
Ya Tuhan
Semak belukarpun enggan dapat
hidup bersamanya
Pohonpun terkulai lemah
membayangkan dirinya
Tanahpun tak kuasa menahan
amukan badai dan hujan
Oh Tuhan
Apakah balok balok kayu itu
Memang berharga untuk
keserakahan ?
Pedulikah mereka akan keindahan
yang mengakar ?
Dalam cerminan hati yang keruh
Tiada yang patut untuk di beri
pesan
Tangisannya tak tersentuh hati
Meraung di antara luasnya jagad
raya
Hingga mata terlelap
Hanya doalah yang dapat di
panjatkan
AKULAH DAHAN
Akulah dahan yang setia
Menanti bergantinya musim
Akulah dahan yang di tiup angin
Hingga terdengar gesekan ditiap
rantingku
Akulah dahan yang membawa
keteduhan
Saat butiran butiran air
terjatuh
Akulah dahan yang melindungi
Ketika terik tak mau lagi
bersahabat
Tidak ada alasan yang membuatku
Untuk menjadi tak berguna
Meski waktu selalu berganti
musim
Mengubah perasaan akan jiwa jiwa
yang baru
Namun
Akulah dahan
Yang terbuka untuk memahami
Suara suara yang menceritakan
Tentang apa yang dipungutnya di
jalan
DESAKU YNG TERBENAM
Sekian kalinya kau datang
Tanpa menengok waktu
Kau hantarkan semuanya
Mengalir mencari yang lebih
rendah
Seakan berdesakan saling
mendahului
Buihmu berpusar
Melinkar lingkar
Hanyutkan yang bisa kau
hanyutkan
Kau libas padiku
Kau lubangi jalanku
Desaku yang ku cinta
Terbenam akan kemarahanmu
Mengubah waktu yang telah
tercipta
Jangan
Jangan lagi
Sekarang desaku menangis
Kau datang membenamkan semua
Hanyut
Hanyut dengan berlinag air mata
Desaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar